Sunday, March 9, 2014

Pendidikan dan Teknologi


Dunia pendidikan dan teknologi berkaitan satu sama lain. Ibarat orang ngegombal, apalah artinya diriku tanpa dirimu, begitu juga dengan pendidikan dan teknologi. Teknologi memajukan pendidikan dan pendidikan juga yang memajukan teknologi. Berkat teknologi, siswa-siswi mengetahui lebih banyak hal. Mereka bias mendapatkan lebih dari yang bisa diajarkan dan dibaca dari buku. Mereka mengenal dan tahu hal-hal di luar jarak pandang mereka. Pendidikan sendiri berkontribusi dalam kemajuan teknologi. Orang-orang berpendidikan tinggi mencoba untuk menemukan kekurangan dari teknologi itu sendiri untuk kemudian mereka perbaiki. Bahkan mereka terus-menerus mengupgrade teknologi yang sudah ada untuk membuatnya lebih dan lebih baik lagi. Teknologi tidak hentinya berkembang dan selalu memperluas ‘peredaran’nya, masuk ke semua kalangan tanpa kecuali. Teknologi bahkan mulai ‘merasuki’ proses pendidikan secara langsung. Salah satu inovasinya adalah E-learning. Sekolah-sekolah sudah mulai menerapkan metode E-learning. Siswa-siswi tidak perlu duduk di ruang kelas untuk menyimak penjelasan dari guru secara langsung. Mereka membuat catatan dan mengerjakan tugas di PC mereka masing-masing dan diawasi langsung oleh sang guru melalui PC-nya juga.

Memang ada pro-kontra dalam pelaksanaan sistem baru ini. Di satu sisi siswa-siswi diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan teknologi mereka dan juga dengan isu Global Warming sekarang ini, E-learning memberikan satu solusi akan penghematan kertas. Catatan dan tugas dibuat dan dikumpulkan dalam bentuk softcopy; lebih praktis dan efisien. Metode tersebut juga mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis, mempermudah interaksi peserta didik dengan materi, pesereta didik juga dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Di sisi lain, penerapan E-learning secara tidak langsung juga berdampak pada pola interaksi antara siswa dan guru karena menurunnya peran guru sebagai makhluk hidup yang berkomunikasi yang diambil alih oleh komputer.

Saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya tentang penerapan E-learning. Kepala sekolah SMA yang sekaligus merupakan wali kelas saat saya duduk di kelas 1 SMP, Bu Tatty Widjaja, S.Pd., pernah berkomentar tentang metode yang serupa E-learning karena pada masa itu, sekitar tahun 2007, E-learning belum begitu gencar. Teman-teman saya sering mengeluh tentang banyaknya catatan yang harus disalin setiap hari. Salah satu teman saya bertanya pada Bu Tatty mengapa sekolah tidak memperbolehkan atau bahkan mengizinkan para siswa untuk menyalin catatan mereka di laptop. Beliau dengan santai menjawab “Boleh. Salin saja di rumah. Tidak boleh bawa laptop ke sekolah.” Dan beliau pun mengatakan bahwa hal itu juga tidak mungkin terjadi di sekolah kami. Mengapa? Alasan pertama, siswa-siswi akan terpancing untuk bermain game PC mereka saat pelajaran berlangsung. Kedua, karena karakter dan cirri khas sekolah kami. Sejak TK, kami sudah dilatih untuk menulis tulisan sambung dan halus-kasar. Sampai kelas 4 SD, setiap hari kami diberi tugas rumah berupa Matematika dan Menulis. Bisa saya yakini ada sekitar 90% siswa yang berhasil ‘dilatih’ untuk menulis dengan rapi. Dan tulisan rapi merupakan tanda pengenal alias identitas kami. ‘Wah, tulisannya bagus yaa^^. Anak Methodist-3 pasti nihh’. Jadi singkatnya, kami tidak mungkin melepas tradisi untuk menyalin catatan untuk latihan menulis. Beliau juga mengatakan bahwa menggunakan laptop untuk menyalin catatan membuat orang menjadi malas; bahkan untuk menulis saja orang malas, apalagi kalau disuruh mengerjakan hal lain. Well, E-learning punya plus minusnya, jadi tergantung kebijakan pihak sekolahnya juga untuk menentukan metode pengajaran yang efektif menurut mereka. Orang tua juga harus bijak memilih sekolah yang cocok untuk anak mereka. Sekian~~

No comments:

Post a Comment