Sunday, July 29, 2018

Part 1: Ke Mak Chua Ke Kia Khi Kiakia (Induk Ayam Bawa Anak Ayam Pergi Jalan-Jalan)



Peringatan : Cuma cerita pengalaman. Bukan review seorang traveler, no food / destination review, price, or even ratings. Belum cukup jago untuk buat review soalnya. Hahahahhhh


Wokheii, aku bakal ceritain tentang pengalaman liburan aku, mama, dan dua adikku. Jadi, tanggal 27 Juni kemarin aku pulang ke Medan, three days in Medan, and tanggal 30-nya terbang ke Penang. I’ll admit that ini pertama kalinya aku ke luar negeri and so do the two of my little sisters. Ini adalah kali kedua Yasmine naik pesawat, dan adalah kali pertama Shani naik pesawat. See, how we (or just exclude me because I’m working in Riau that I have had my airplane experience for couples of time now) bisa hidup 20 tahun tanpa banyak pengalaman sama pesawat.

Ceritanya dimulai dari sekitar bulan April kemarin ketika Si Mama tiba-tiba nelpon saat jam kerja dan aku dikabari bahwa di rumah ada wacana untuk liburan ke Penang dan sekitarnya.

“Oh, ntar deh ya, aku lagi kerja. Jangan bilang aja, uda fix baru bilang ke aku deh”.

Aku merespon seperti itu. I have my reason why I responded that way ya.. Wacana jalan-jalan itu udah ada dari akhir tahun 2016. Skenarionya sih, nunggu aku selesaikan skripsi, yang awalnya dijadwalkan selesai pertengahan Januari 2017, namun ternyata kekacauan yang terjadi akibat skripsi ini membuat semua rencana pfffff ke udara.
 
Timeline skripsi selesai, sidang, dan wisuda yang terlampau mepet dan semuanya jatuh di sekitar akhir April ke awal Mei membuat kami memutuskan untuk liburan setelah wisuda di akhir Mei. Memasuki bulan Mei, siapa sangka aku dapat panggilan kerja dan bahkan diterima di sebuah perusahaan di daerah Riau. Pihak perusahaan bahkan mendesak agar join date-nya tidak terlalu diundur, maunya pun sudah bisa berangkat dalam dua-tiga hari setelah wisuda. Oh nooo, ga ada waktu untuk liburan. Sampai akhirnya setelah setahun aku kerja di Riau, wacana liburan kami kembali muncul.

Singkat cerita akhirnya semua perencanaan liburan sudah selesai, dan tinggal menunggu hari H saja. Tanggal 27 Juni aku pulang ke Medan, istirahat beberapa hari, dan tanggal 29 malam, H-1nya, kami belum selesai packing. Can you imagine how unprepared we were! Bahkan Si Mama beberapa kali packing unpacking untuk mengecek barang bawaan dan tiap barang bawaan kami ditimbang sama Si Mama, takut-takut kelebihan bagasi. Kami selesai packing sekitar jam 12 lewat, dan berusaha untuk segera tidur agar bisa bangun awal untuk mengejar pesawat.

Fast forward, jam 8 paginya kami udah di Bandara Internasional Kuala Namu. Setelah drop bagasi, berpamitan dengan Si Papa, kami pun bergegas ke ruang tunggu. Sebelum masuk ruang tunggu, kami ngelewatin beberapa ‘pos pemeriksaan’, cap passport, lalu akhirnya sampai di ruang tunggu. Belum sempat kami duduk, ternyata kami telah dipanggil untuk menaiki pesawat.

Kami duduk berderetan satu baris: 3A, 3B, 3C, 3D – Yasmine, Shani, Mama, dan aku. Dua kursi di kananku kosong, jadi aku bebas celingak-celinguk ke jendela. Menjelang take-off, Si Mama udah nyender aja di kursinya, mejamin mata, megangin perut; katanya mules tiap kali mau take-off. Si Shani was kinda curious, celingak-celinguk dan ga mau duduk nyender seperti yang disarankan mama. Take-off berhasil dan kami terbang selama kurang lebih 50 menit ke destinasi pertama kami: Penang.

Oke, kami liburan ke Penang – Hat Yai – KL. Overall, I can say liburan ini diwarnai ke-katrok-an dan adu mulut. Di sana, pertama kalinya naik KTM, pertama kali naik TukTuk, pertama kali naik MRT, pertama kali beli tiket dengan vending machine gitu, ahh. . . pokoke serba bingung deh. Yang asoy lagi tuh, we were exploring those places with the help of ingatan Si Mama 14 tahun lalu tentang tempat-tempat itu, yang membuat kami jadi aduan mulut hahahahahhh.

Umm, kayaknya sebelah sana. Seingatku dekat sana ada ini, ada itu. Ada itu, ada jalan naiknya. Lupa, pokoknya nanti dia ada ini punya lah. Dekat sini harusnya, makanya wa cari hotel dekat sini, and so on.

Penang – Hat Yai – KL kami jelajahi selama 2 hari masing-masing. Di hari pertama kami tiba, pasti selalu diwarnai ketidakjelasan dan adu mulut, chaostic, unplanned, confusion of where to eat, sampai kebingungan hitungan konversi uang. Rute kami adalah Malaysia, Thailand, Malaysia. Di Malaysia, exchange rate kemarin sekitar 3.500an, dan sekitar 400an di Thailand. Setiap pindah negara, kami harus menyesuaikan speed konversi di otak. Tibanya sudah mulai terbiasa di hari kedua, ehhh udah harus pindah negara lagi. Gitu-gitu aja terus. . . Kezzeeeeel ! Sementara di hari kedua kunjungan, kami selalu punya agenda yang udah tersusun, always that way. I was wondering why!

Loncat ala ala di Batu Ferringhi
So, in Penang we visited Batu Ferringhi. Firstly aku senang sekaligus penasaran banget karena letaknya sendiri ga terlalu jauh dari kota, hanya butuh waktu sekitar 30 menit aja. Nyampe di sana, aku bisa ngebayangin adegan-adegan di film yang kalau aktornya lagi galau, terus pergi ke pantai tanpa perlu effort banyak; like, pergi ya pergi. Kalau di Medan mah, mau ke pantai harus 3 jam perjalanan, udah tepar di jalan duluan.

Jadi ceritanya tuh kami ke sana untuk nungguin sunset, tapi kami sampai di sana sekitar pukul 15.30. Alhasil kami duduk aja sambil bermalas-malasan. Enaknya di sana tuh ya, walaupun rame karena hari Minggu, ga seperti pantai-pantai yang pernah aku kunjungin di Sumatera yang ramai jualan jasa, yang sedikit-sedikit bayar. Di Batu Feringghi ini kami bebas duduk di kursi pantainya, tanpa bayar. Satu-satunya yang mengganggu hanya orang yang menawarkan olahraga air, yang dua tiga kali menawarkan dan kami tolak. Overall, tenang banget sih di sana.

No - No - No
Kami mengambil foto-foto gila sambil mengisi waktu, dan akhirnya matahari mulai turun. Warna langit berubah kemerahan, dan itu waktunya! Sambil menikmati sunset, sambil mikir hal-hal alay di film-film. Alamaakkkk, begini rasanya, sedapnya a pek. . .

Normal pic is just too easy
 
It's coming!
 
<<bersambung>>  <<swipe to part 2>>

No comments:

Post a Comment