Peringatan :
Cuma cerita pengalaman. Bukan review seorang traveler, no food / destination
review, price, or even ratings. Belum cukup jago untuk buat review soalnya.
Hahahahhhh
Wokheii, aku
bakal ceritain tentang pengalaman liburan aku, mama, dan dua adikku. Jadi,
tanggal 27 Juni kemarin aku pulang ke Medan, three days in Medan, and tanggal
30-nya terbang ke Penang. I’ll admit that ini pertama kalinya aku ke luar
negeri and so do the two of my little sisters. Ini adalah kali kedua
Yasmine naik pesawat, dan adalah kali pertama Shani naik pesawat. See, how
we (or just exclude me because I’m working in Riau that I have had my airplane
experience for couples of time now) bisa hidup 20 tahun tanpa banyak
pengalaman sama pesawat.
Ceritanya
dimulai dari sekitar bulan April kemarin ketika Si Mama tiba-tiba nelpon
saat jam kerja dan aku dikabari bahwa di rumah ada wacana untuk liburan ke
Penang dan sekitarnya.
“Oh, ntar
deh ya, aku lagi kerja. Jangan bilang aja, uda fix baru bilang ke aku
deh”.
Aku merespon seperti itu. I have my reason why I responded that way
ya.. Wacana jalan-jalan itu udah ada dari akhir tahun 2016. Skenarionya
sih, nunggu aku selesaikan skripsi, yang awalnya dijadwalkan selesai
pertengahan Januari 2017, namun ternyata kekacauan yang terjadi akibat skripsi
ini membuat semua rencana pfffff ke udara.
Timeline skripsi selesai, sidang, dan wisuda
yang terlampau mepet dan semuanya jatuh di sekitar akhir April ke awal
Mei membuat kami memutuskan untuk liburan setelah wisuda di akhir Mei. Memasuki
bulan Mei, siapa sangka aku dapat panggilan kerja dan bahkan diterima di sebuah
perusahaan di daerah Riau. Pihak perusahaan bahkan mendesak agar join date-nya
tidak terlalu diundur, maunya pun sudah bisa berangkat dalam dua-tiga hari
setelah wisuda. Oh nooo, ga ada waktu untuk liburan. Sampai akhirnya setelah
setahun aku kerja di Riau, wacana liburan kami kembali muncul.
Singkat
cerita akhirnya semua perencanaan liburan sudah selesai, dan tinggal menunggu
hari H saja. Tanggal 27 Juni aku pulang ke Medan, istirahat beberapa hari, dan
tanggal 29 malam, H-1nya, kami belum selesai packing. Can you imagine
how unprepared we were! Bahkan Si Mama beberapa kali packing unpacking untuk
mengecek barang bawaan dan tiap barang bawaan kami ditimbang sama Si Mama,
takut-takut kelebihan bagasi. Kami selesai packing sekitar jam 12 lewat,
dan berusaha untuk segera tidur agar bisa bangun awal untuk mengejar pesawat.
Fast
forward, jam 8 paginya kami udah di
Bandara Internasional Kuala Namu. Setelah drop bagasi, berpamitan dengan Si
Papa, kami pun bergegas ke ruang tunggu. Sebelum masuk ruang tunggu, kami ngelewatin
beberapa ‘pos pemeriksaan’, cap passport, lalu akhirnya sampai di ruang tunggu.
Belum sempat kami duduk, ternyata kami telah dipanggil untuk menaiki pesawat.
Kami duduk
berderetan satu baris: 3A, 3B, 3C, 3D – Yasmine, Shani, Mama, dan aku. Dua
kursi di kananku kosong, jadi aku bebas celingak-celinguk ke jendela. Menjelang
take-off, Si Mama udah nyender aja di kursinya, mejamin mata, megangin
perut; katanya mules tiap kali mau take-off. Si Shani was kinda curious,
celingak-celinguk dan ga mau duduk nyender seperti yang disarankan mama.
Take-off berhasil dan kami terbang selama kurang lebih 50 menit ke destinasi
pertama kami: Penang.
Oke, kami
liburan ke Penang – Hat Yai – KL. Overall, I can say liburan ini diwarnai ke-katrok-an dan adu mulut. Di sana, pertama kalinya naik KTM, pertama kali
naik TukTuk, pertama kali naik MRT, pertama kali beli tiket dengan vending
machine gitu, ahh. . . pokoke serba bingung deh. Yang asoy lagi tuh, we were
exploring those places with the help of ingatan Si Mama 14 tahun lalu tentang
tempat-tempat itu, yang membuat kami jadi aduan mulut hahahahahhh.
Umm,
kayaknya sebelah sana. Seingatku dekat sana ada ini, ada itu. Ada itu, ada
jalan naiknya. Lupa, pokoknya nanti dia ada ini punya lah. Dekat sini harusnya,
makanya wa cari hotel dekat sini, and so on.
Penang – Hat
Yai – KL kami jelajahi selama 2 hari masing-masing. Di hari pertama kami tiba,
pasti selalu diwarnai ketidakjelasan dan adu mulut, chaostic, unplanned,
confusion of where to eat, sampai kebingungan hitungan konversi uang.
Rute kami adalah Malaysia, Thailand, Malaysia. Di
Malaysia, exchange rate kemarin sekitar 3.500an, dan sekitar 400an di Thailand. Setiap pindah negara, kami harus
menyesuaikan speed konversi di otak. Tibanya sudah mulai terbiasa di hari
kedua, ehhh udah harus pindah negara lagi. Gitu-gitu aja terus. . . Kezzeeeeel
! Sementara di hari kedua kunjungan, kami selalu punya agenda yang udah tersusun,
always that way. I was wondering why!
![]() |
Loncat ala ala di Batu Ferringhi |
Jadi
ceritanya tuh kami ke sana untuk nungguin sunset, tapi kami sampai di sana sekitar
pukul 15.30. Alhasil kami duduk aja sambil bermalas-malasan. Enaknya di sana
tuh ya, walaupun rame karena hari Minggu, ga seperti pantai-pantai yang pernah
aku kunjungin di Sumatera yang ramai jualan jasa, yang sedikit-sedikit bayar.
Di Batu Feringghi ini kami bebas duduk di kursi pantainya, tanpa bayar.
Satu-satunya yang mengganggu hanya orang yang menawarkan olahraga air, yang dua
tiga kali menawarkan dan kami tolak. Overall, tenang banget sih di sana.
![]() |
No - No - No |
Kami
mengambil foto-foto gila sambil mengisi waktu, dan akhirnya matahari mulai
turun. Warna langit berubah kemerahan, dan itu waktunya! Sambil menikmati
sunset, sambil mikir hal-hal alay di film-film. Alamaakkkk, begini rasanya,
sedapnya a pek. . .
<<bersambung>> <<swipe to part 2>>
No comments:
Post a Comment