Thursday, June 19, 2014

Ppopgi (뽑기)

Suatu kali aku lagi nonton Running Man, member-membernya itu ngebikin permen dari lelehan karamel gitu. cara buatnya seru sihh, jadinya aku tertarik untuk tes buat sendiri.

Akunya ngeliat bahan mereka itu cuma gula doang. Terus aku coba bikin sendiri deh. Dan ternyata, warna karamel punyaku beda sama punya mereka. kalau punya mereka, warnanya itu coklat gituu sementara punyaku, warnanya kuning jernih kayak kristal.

Daaaaaaann setelah aku cari-cari referensi di internet, barulah ketahuan kalau mereka menambahkan baking soda ke karamelnya. fungsinya itu, selain mengubah warnanya, baking soda bisa membuat tekstur permennya itu lebih renyah waktu digigit.

Nahhh, nama permen tradisional ini adalah ppopgi. Sampai sekarang jajanan ini masih banyak dijual di kaki lima, di pasar tradisional, pasar malam, dan juga tempat wisata lainnya.

Karena bahan dasar ppopgi adalah asli cuma gula, rasanya yaaaaa manis. Jadi kalo orang yang ga suka manis, pasti ga akan suka sama jajanan ini. Manis banget deh rasanya; sedikit sih rasanya seru yaa, tapi kalo uda banyak mungkin bakalan kemanisan banget.

Seperti yang tadi aku bilang, bahan untuk membuat ppopgi sederhana sekali, sangat mudah kita dapatkan setiap harinya. Bahannya itu cuma gula (baik yang white ataupun brown) dan baking soda.

Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat ppopgi adalah centongan sup stainless, sumpit atau apapun yang stainless untuk mengaduk gulanya sewaktu dipanaskan, dan piring atau tempat stainless lainnya untuk tempat menuangkan karamelnya. Dan kenapa harus stainless?? Yaa karena karamelnya itu panas, dan kita juga harus gesit waktu mencetak karamelnya itu. Jadi kalau pakai alat-alat yang bahannya plastik, habislahh plastik juga akan ikutan meleleh mungkin hahahhhh.

Cara kerjanya adalah panaskan gula di atas api. Usahakan api tidak menyentuh centongnya. Harus diaduk terus sampai benar-benar cair. Dan setelah cair, masukkan sejumput baking soda. Dikiiiiit aja. Soalnya kalo kebanyakan, itu rasanya bisa jadi agak asam gitu. Kemudian aduk lagi, sampai warnanya rata. Terahir, tinggal dituang ke cetakan atau ke piring lain dehhh. Ingat, kalo ga mau ppopgi kamu gosong, lakukan dengan kecepatan cahaya yaaa hheheheee.

Aku udah buat beberapa kali dan hasilnya bentar bagus, bentar rata-rata, bentar gosong. Harus banyak latihan lagi mungkin wkwkkkkk.. untuk liat tutorialnya, bisa langsung klik yaaa
ini bikinanku >w<



Zenith

Mengenang-ngenang masa SMA bentar nihhh.. kita sekelas tuh yaa udah klop banget. Dan mungkin uda paling klop dibanding sama kelas-kelas lain. Yaaa, singkat aja yaaa, kita adalah satu-satunya kelas yang ga dibubarin sama Bu Tatty –kepala sekolah yang sepertinya berkuasa di berbagai hal di sekolah- hhheheheee. Sejak dipertemukan waktu kelas 7 sampai kelas 9 lalu ketika sampai saatnya naik ke SMA. Pertamanya pada galau nihhh takut dibubarin, rupanya eh rupanya, gak dibubarin! Kelas lain pada diacak-acak semua. Punya kita tetap sekelas bareng. Satu tahun lagi, uda waktunya bagi jurusan. Aduuu yang masuk jurusan sama, bakal dibubarin ga yaaa??? Wahhh ternyata ga dibubarin lagi! Hahahhhh alhasil 6 tahun kita sama-sama. Tiap kali mau lomba ansambel, nyanyi, puisi mandarin, selera dekorasi kita udah sama aja. Dan apa-apa aja yang jadi pantangan udah pada tahu semua.

Kelas 3 SMA, bulan September kita ada acara peresmian logo. Masing-masing kelas harus membuat nama kelas, logo kelas, dan diwajibkan punya lagu kelasnya.

Kami ga create lagu yang totally new. Kami pakai lagu JetLag-Simple Plan dan Ugly-2NE1. Liriknya baru kami bikin sendiri. Apa ya judul lagu kita?? Lagu Zenith wkwkkkk. Kami ga sempat rekam audio yang bagus untuk jadi kenang-kenangan, tapi kami ada ngerekam videonya. Aku rekam audio dari video tadi (hahahhh panjang kali sihhh) dan aku uplod ke soundcloudku Lagu Zenithnya, bisa dicek dari linknya yaaa.

Dan ini liriknyaa

T’lah lama waktu berlalu
Tanpa kita sadari
Berbagi suka dan duka
Tawa canda dan tangisan
Bersama kita jalani
Persahabatan ini
Tak terpisahkan selamanya
Kami IPA.1, kami Zenith
S’lalu antusias, dan s’lalu satu
Bersama tuk menggapai
Mimpi tertinggi, setinggi langit
Go Go Go light up the sky
Zenith Go light up the sky
Zenith we’ll soar and fly high
We’ll shine like a firefly

Yes we are Zenith
Tak akan pernah berhenti
Dan akan s’lalu berkreasi
Menggapai prestasi bersama-sama
Cause we are Zenith
Yes we are Zenith
Kami kan jadi yang terbaik
Tak akan pernah menyerah
Untuk berdiri di puncak tertinggi
Cause we are Zenith.......
Ini Zenith !!

Wednesday, June 18, 2014

BTOB - Father

<left to right> Changsub - Peniel - Sungjae - Minhyuk - Eunkwang - Hyunsik - Ilhoon
Masih ingat smaa idolaku?? Yeeess! BTOB BTOB BTOB BTOB
Lagu pertama yang bikin aku suka sama mereka adalah 'Father'

Ayah dalam bahasa koreanya Aboji (아버지) atau bisa juga Appa (아빠)

and here is the lyric dan artinya dalam bahasa inggris

[CHANGSUB]
Sseulsseulhaejin dwinmoseubi natseoro
Georeoganeun naenae barabonaga
Geunyang nunmuri naso
Geunyang ulgiman haeso
Jigeumkkot moreugo san naega miweoseo

[HYUNSIK]
Apeson taeyeonhan cheok utgiman haeso
Hangsang nae apeson kanghan cheok haeso

[MINHYUK]
Saengakjocha mothaeso
Ahnin julman arasoh
Seulseulhan dwitmoseubeul molladeon geoya

[SUNGJAE]
Keuddaenun mollajo neomuna ohreojo
Nuguboda waeroul tende dagagaji mothaejo

[EUNKWANG]
E-jaeya arajwo
Jogeum nuteun geon ahnijo
Neomuna hagoshipeun mal
Yeongwonhi saranghamnida
Nae ahboji

[HYUNSIK]
Hanchameun keureomkae nan barabonaga
Daryeogase geunyang anhaboryeoso

[CHANGSUB]

Keu pumi eulgoshipeoso
Dangsine gomaeum-e neomu seorowoso
[ Lyrics from: http://www.lyricsty.com/btob-father-lyrics.html ]
[SUNGJAE]
Keuddaenun mollajo neomuna ohreojo
Nuguboda waeroul taendae dagagaji mothaejo

Manyang eulgosipeoso
[EUNKWANG]
E-jaeya arajwo
Jogeum nuteun gon ahnijo
Neomuna hagoshipeun mal
Yeongwonhi saranghamnida
Nae ahboji

[ILHOON]
Hanseum han bun puk swimyeon da na-ahjin dut sek cheok
Naegaen boyeoyo kedae-en hwiriti anhnun nunmul
Sangcho kadukhan gaseum oulji angun ahpaseol hyeongto
Da naega mandul kundae jaggu haeyo way kedae talsol

[PENIEL]
And your eyes showed you were tired
But you hid it, such a liar

[MINHYUK]
E-jae naega ahn-ah julgaeyo naegae kidaedu dwaeyo

[PENIEL]
And your eyes showed you were tired
But you hid it, such a liar

[MINHYUK]
Geudaenun yeongwonhan nae nupeon hanuel-e-aeyo

[CHANGSUB]
Keochirojin sonae Jureumjin nunga-e
Seulseulhaejin dwemoseumhajo nan iksokhai ahn-ah-so

[SUNGJAE]
Naega keu haetnabwa
Ah-pur-gae haetnabwa
Dwideulahson dwemoseumhajo naega namkin jimman gataso

[EUNKWANG]
Haejun gae eobtjiman
Nan deurin gae hana eobtjiman

[EUNKWANG]
Neomuna hagoshipeun mal
Yeongwonhi saranghamnida
Nae ahboji


TRANSLATION 

His lonely back seemed so unfamiliar
I just watched him as he walked along
And tears just formed so I just cried
Because I hated myself for not knowing all this time
Because he always pretended to be calm and smiled
Because he always pretended to be strong in front of me
I didn’t even think of it, I thought I would never see it
So I didn’t know about his lonely back
I didn’t know back then, I was too young
You must have been lonelier than anyone else but I didn’t approach you
Now I finally know, I hope it’s not too late
These are the words I wanted to say so much, I love you forever
My father
After watching him for a long time
I ran to him and just hugged him
I wanted to just cry, I wanted to cry in his arms
Because my gratitude toward you was so sad
I didn’t know back then, I was too young
You must have been lonelier than anyone else but I didn’t approach you
Now I finally know, I hope it’s not too late
These are the words I wanted to say so much, I love you forever
My father
You pretend to feel better after letting out a deep sigh
I can see your invisible tears
You don’t cry over your scarred heart with the painful wounds
I made those scars but why do I keep blaming you?
And your eyes showed you were tired
But you hid it, such a liar
Now I will embrace you, you can lean on me
And your eyes showed you were tired
But you hid it such a liar
You are forever a high sky to me
Your beaten hands, your wrinkled eyes
Your lonely back – I’m not used to any of those
Maybe that’s why I was like that, that’s why I hurt you
Even your turned back seems like baggage that I left behind
I haven’t done anything for you, I haven’t given anything to you but
These are the words I wanted to say so much, I love you forever
My father

Shanghai Girls (ver.Indo)

Ini sinopsis versi bahasa indo dari buku novel ‘Shanghai Girls’ yang aku buat. Penulis bukunya adalah Lisa See.

Setting ceritanya di Shanghai tahun 1937. Negara sedang perang dengan Jepang dan Amerika. Cerita berlanjut dari 1938 sampai 1950 di San Fransisco.
Karakter utama dalam novel adalah Pearl dan adiknya, May. Mereka berasal dari keluarga berada. Banyak yang berkata mereka cantik, membuat mereka sering memakai pakaian cantik dan mereka juga menjadi model untuk Z.G. –teman mereka yang juga seorang pelukis-.

Ayah para gadis memliki bisnis kereta penumpang (sejenis beca) dan seluruh keluarga hidup berkecukupan. Kedua kakak-beradik hidup glamor sampai suatu hari ketika ayah mereka pulang dan berkata bahwa dia telah kehilangan semua kekayaannya di meja judi dan dia juga telah menyerahkan kedua putrinya kepada Bos Besar Si Pengusaha Judi. Pearl berusia 19 dan May berusia 16 ketika mereka menikah dengan putra-putra Bos Besar.

Keduanya dijadwalkan untuk berangkat ke San Fransisco tiga hari setelah hari pernikahan. Namun dalam sekejap perang memburuk dan hal tersebut membuat mereka mendapat kesempatan untuk melarikan diri. Selama pelarian mereka, mereka menemui banyak tantangan dan mereka mendukung satu sama lain agar tetap dapat bertahan hidup di tengah perang.

Dengan harapan mereka dapat hidup lebih baik di San Fransisco, seperti yang dijanjikan Bos Besar, mereka berhenti melarikan diri dan memutuskan untuk berangkat ke San Fransisco. Selama penyisisran imigan di Angel Island, mereka baru mengetahui bahwa para imigran, terutama mereka yang berasal dari Cina, tidaklah hidup lebih baik daripada di Cina. Selama 9 bulan tinggal di asrama imigran, mereka terjauhkan dari suasana perang di luar, dan mereka mendapat waktu untuk kembali mengenal satu sama lain.

Setelah mereka melewati penyeleksian, mereka berharap akan tinggal di rumah besar, dengan pelayan yang mengerjakan pekerjaan rumah, dan mereka hanya bertanggung jawab untuk melahirkan cucu laki-laki untuk meneruskan garis keturunan, seperti yang telah dijanjikan. Segala sesuatu tampak berbeda ketika mereka tiba di rumah ayah mertua mereka, Bos Besar. Rumahnya ternyata kecil dan tidak ada pembantunya sama sekali. Mereka harus mencuci, bersih-bersih, dan memasak untuk keluarga. Mereka juga disuruh untuk bekerja di China Town di siang hari.

Rencana mereka untuk menyimpang uang dan menggunakannya untuk melarikan diri dari keluarga tersebut juga sudah mustahil. Situasi semakin runyam setelah kematian ibu mertua mereka. Semau tanggung jawab rumah tangga diserahkan ke Pearl, termasuk merawat adik iparnya yang sakit-sakitan, Vern. Ditambah lagi, Pearl tidak bisa melahirkan seorang bayi laki-laki, membuat tekanannya semakin besar.

Cerita masa lalu hubungan suami Pearl, Sam, dengan ayah mertuanya perlahan terungkap dan memperjelas alasan hubungan mereka yang sangat tidak akur. Pearl dan May terikat pada kelauga ini seumur hidup mereka bahkan lama setelah kematian Bos Besar.

Untuk cerita lebih lanjutnya, bisa dicari bukunya Shanghai Girls-Lisa See. Di buku dipaparkan dengan sangat jelas kebudayaan dan tradisi masyarakat ‘kuno’. Bahkan tradisi mengikat kaki juga disebutkan di dalam cerita.

Shanghai Girls

Summary yang ini dari buku novel ‘Shanghai Girls’. Penulisnya adalah Lisa See.

Setting ceritanya di Shanghai tahun 1937. Negara sedang perang dengan Jepang dan Amerika. Cerita berlanjut dari 1938 sampai 1950 di San Fransisco.

Karakter utama dalam novel adalah Pearl dan adiknya, May. Mereka berasal dari keluarga berada. Banyak yang berkata mereka cantik, membuat mereka sering memakai pakaian cantik dan mereka juga menjadi model untuk Z.G. –teman mereka yang juga seorang pelukis-.
Yang ini juga aku bikin summary indonya yaa nanti..

The girls’ father owned a rickshaw business and the family was well-supported. The sisters lived glamorously until the day their father came home and told them that he had lost his money on gambling and he had also given up to the girls to the Big Boss. Pearl was 19 and May was 16 when they were married to the sons of the Big Boss.

The two of them were supposed to leave for San Fransisco three days after the wedding. The war worsened and gave them a chance to escape from going to San Fransisco. However, they faced a lot of trouble and they supported each other so that they would survive.

With the understanding that they would live a better life in San Fransisco, as the Big Boss had promised, they gave up escaping and went to San Fransisco. During the immigrant selection at Angel Island, they found out that immigrants, especially the ones who came from China, did not live better than they did in China. After nine months of living in the immigrant dormitory, they had a break from the war outside, and they had a time to know each other more.

After they passed, they were hoping to live in a big house, with servants who did the household, and they would only be responsible for giving birth to baby-boys for the family, as promised. Everything seemed totally different once they arrived at their father-in-law’s, the Big Boss, house. It was small and there were no servants at all. They had to do the washing, cleaning, and cooking for the family. They were told to work at China Town during the day.

Their plan to save money and run away from this family was far beyond them. The situation got worse after the death of their mother-in-law. All the responsibilities of the house were given to Pearl, including the responsibility to take care of her sick brother-in-law, Vern. Besides, Pearl could not give any baby-boy for the family, making her feel the pressure even more.

The stories of Pearl’s husband, Sam, and her father-in-law’s past revealed the unbreakable coldness between them. Pearl and May were bound to this family for their lifetime even long after the death of the Big Boss.

90 Minutes in Heaven (ver.Indo)

Sambungan dari ‘90 Minutes in Heaven’ yang lalu. Sekarang aku mau post summary versi Bahasa Indonesia. Yaaa…, karena dulu aku tugasnya dalam Bahasa Inggris, jadinya post Bahasa Indonesianya baru aku buat nihhh.

Sebelumnya aku mau bilang bahwa buku ini recommended banget. Aku ga tau apakah uda ada buku versi Bahasa Indonya. Dan aku rekomen supaya teman-teman baca bukunya langsung karena teman-teman akan dapat gambaran lebih detail tentang perjuangan Don Piper. Gimana sedihnya anak-anak beliau menunggu ayah mereka sembuh disampaikan lewat lampiran surat mereka di buku, gimana beliau harus menahan sakitnya besi penahan lututnya yang notabene harus disekrup perketat tiap harinya agar tulang-tulang yang tadinya patah, bisa tersambung lagi, akan sangat bersih dijelaskan dalam buku. Di buku tersebut juga ada foto-foto dokumentasinya.

90 Minutes in Heaven – Don Piper and Cecil Murphey

Don Piper, ayah dari tiga orang anak, telah menjadi pastor sejak 1985. Dia meninggal selama 90 menit pada 18 Januari 1989. Setelah kesembuhannya, dia sering berbagi cerita perjalanannya ke Surga kepada para umat. Istri Don, Eva, dengan setia tetap mendampinginya di saat-saat hidupnya terpuruk.

Dan beginilah ceritanya bermula…

Don sedang berkendara kembali ke Alvin setelah tiga hari tinggal di Texas. Ketika dia melewati jembatan, sebuah truk, yang datang dari arah berlawanan, menabrak Ford merahnya. Seketika, benda-benda di sekelilingnya menghilang dan semuanya berubah menjadi putih. Dia menyadari dirinya berada di Surga sesaat sebelum kerumunan orang datang padanya. Keluarga, teman, dan relasi datang untuk menyambutnya. Tiap orang yang ia temui, tampak senang dan mereka terlihat mengenal satu sama lain. Tidak tidak sadar dengan hal-hal yang ia tinggalkan dan tidak merasa menyesal atau sedih karena telah meninggalkan keluarga atau keinginannya. Rasanya seperti Tuhan telah menghilangkan semua yang negatif atau kerisauan dari dirinya. Setelah beberapa waktu, kerumunan tersebut mulai bergerak ke arah sebuah gerbang yang bersinar. Di dalam gerbang, Don melihat pemandangan sebuah kota dengan jalanan yang tertata. Jalanan dibangun dengan emas murni. Karena ia telah tiba di tempat yang sudah lama ingin dia kunjungi, dia melangkah dengan pasti; tetapi ketika ia baru saja tiba di gerbang Surga, dia meninggalkan segalanya. 90 menit waktunya di Surga telah berakhir. Dia telah kembali hidup. Hanya 90 menit setelah dirinya diumumkan meninggal, Don kembali hidup. Hal yang dia ingat adalah orang-orang berlari kesana kemari berusaha untuk menyelamatkannya. Lengan kirinya tertarik sampai ke atas kepalanya, dislokasi, dan tertarik sampai melewati kursi. Kaki kirinya retak di dua tempat antara tempat duduk dan dashboard. Don tidak merasakan sakit sampai 3 jam setelah ia kembali hidup. Sekujur tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa bagaikan ada luka mengangah, ditinjun atau dipukul. Dia menjalani operasi selama 11 jam. Selama operasi, tulang kaki kanannya yang patah dibaguskan. Lengan kirinya harus digeser karena 2 inci tulangnya tergeser. Kaki kirinya dipasang penyangga karena 4,5 inchi tulang pahanya hilang. Di hari keenam, Don hampir meninggal karena ia terkena double pneumonia, dan bahkan dokter tidak yakin ia bisa melewati malam tersebut. Ternyata Tuhan masih belum mengizinkan Don untuk menemuiNya. Hidup Don berlanjut dan ia mengalami 34 operasi lainnya. Selama masa pemulihan, Don hampir menyerah pada rasa sakitnya sendiri dan untuk beberapa kali ia hampir menyerah. Namun setelah ia kelaur dari rumah sakit, Don masih harus menjalani serangkaian terapi. Secara bertahap, Don mulai pulih, akhirnya dia bisa berjalan dan mulai aktif kembali di gereja. Dia memotivasi orang-orang yang mengalami hal yang sama dengannya. Sebelumnya Don menyesal karena dibiarkan untuk kembali menjalani hidup dan mengalami semua kesakitan itu, namun sekarang Don telah berhasil melewati keterpurukannya. Ia menemukan tujuannya dalam hidup ini. Don menjalankan tujuan dan pelayanannya di dunia ini.