Monday, June 2, 2014

Gimana benarnyaa?



Bicara soal keadaan ideal sebuah kelas, tentunya berbeda pandangan dahulu dan sekarang. Dahulu, sebuah kelas itu haruslah disiplin. Berbeda dengan masa sekarang ini yang lebih menekankan pada pembentukan keadaan suatu kelas sehingga murid dapat belajar dengan maksimal. Strategi belajar pun sudah beralih ke strategi proaktif preventif. Murid didorong untuk lebih aktif dan lebih banyak beraktivitas di dalam kelas. Tetapi bukan berarti membuat keadaan kelas menjadi kacau, ramai, dan tidak terkendali. Guru sebagai fasilitator harus melakukan manajemen yang baik sejak awal. Minggu-minggu awal sekolah merupakan waktu yang paling penting dimana seorang guru harus menyampaikan aturan yang akan diterapkan dan juga mengajak murid untuk mematuhi bersama. Selain itu juga perlu beberapa hal yang dianjurkan untuk dilakukan pada masa awal sekolah (Emmer, Evertson, Worsham, 2003) : 
  • Menciptakan ekspektasi untuk perilaku
Ada baiknya pada masa awal ini, seorang guru memaparkan aturan, prosedur dan persyaratan kelas sehingga murid mendapat gambaran dan mengerti tentang apa-apa yang akan mereka hadapi di kelas dan bagaimana mereka harus berkegiatan di kelas tersebut.
  • Pastikan murid mengalami kesuksesan
Tugas harus didesain sesuai dengan kemampuan murid untuk memastikan mereka dapat menyelesaikannya. Hal ini akan membantu murid untuk berkembang dan memberi mereka rasa percaya diri bahwa mereka akan dapat menyelesaikan tugas yang lebih sulit.
  • Selalu siap dan hadir.
Seorang guru harus menunjukkan bahwa ia akan ada di saat mereka membutuhkan informasi dan juga seorang guru harus tetap berada di samping untuk membimbing di saat murid mengerjakan tugas mandiri ataupun saat mereka melakukan diskusi. 
  • Bersikap tegas
Walaupun sudah dipaparkan aturan oleh seorang guru, terkadang murid akan lupa dan mungkin dengan sengaja menguji ketegasan aturan tersebut. Seorang guru harus mampu memperjelas tentang apa hal-hal yang dapat dan tidak dapat diterima.

Saya mempunyai sebuah pengalaman yang membuat saya berpikir bahwa kejadian-kejadian pada minggu awal sekolah adalah penting. Yakni pada hari pertama saya mengajar les. Dengan modal ingatan dan pengalaman selama sekolah -karena sama sekali tidak memiliki pengalaman mengajar- saya memulai hari pertama kerja tersebut. Saya diberitahu bahwa saya akan menggantikan seorang guru yang hampir selesai masa cuti melahirkan. Dan di hari itu saya tidak mengutarakan ekspektasi ataupun aturan-aturan yang saya inginkan para murid untuk patuhi. Hal ini saya lakukan karena saya berpikiran bahwa ‘Ini bukan murid saya. Mereka milik guru lain. Dan mereka mungkin tidak terlalu senang jika saya menggantikan posisi guru asli mereka. Saya bukan penguasa mereka dan tidak berhak untuk membuat aturan bagi mereka’, sebab seperti itu jugalah pemikiran saya saat ada yang mengganti posisi guru saya dulu.

Setelah mengajar kelas tersebut selama kurang lebih tiga minggu, saya dipindahkan lagi karena guru sebelumnya telah kembali mengajar. Pengalaman yang saya dapatkan selama itu tidak terlalu buruk. Murid-murid lumayan bisa diajak berkompromi saat diminta untuk belajar dan mengerjakan tugas. Saya tidak tahu apakah hal itu terjadi karena mereka masih segan kepada saya atau karena mereka memang sudah ‘terbentuk baik’.

Di kelas yang baru, kelas permanen saya, saya mendapatkan murid SMA. Sebelum saya tahu hal tersebut, saya berkata kepada diri saya bahwa saya harus membuat murid-murid segan pada saya untuk meminimalkan terlalu banyak ‘tawar-menawar’ yang berkepanjangan di kemudian hari. Tetapi setelah mengetahui bahwa saya akan mengajar murid SMA, pikiran tersebut berubah drastis. Saya kembali mengambil pengalaman saya saat SMA, tentang guru saya, tentang keadaan kelas, dan tentang pemikiran saya saat itu.

Next post..I'll tell you
Stay tune guys.......!

No comments:

Post a Comment