Bicara soal keadaan ideal sebuah kelas, tentunya berbeda pandangan
dahulu dan sekarang. Dahulu, sebuah kelas itu haruslah disiplin. Berbeda dengan
masa sekarang ini yang lebih menekankan pada pembentukan keadaan suatu kelas
sehingga murid dapat belajar dengan maksimal. Strategi belajar pun sudah
beralih ke strategi proaktif preventif. Murid didorong untuk lebih aktif dan
lebih banyak beraktivitas di dalam kelas. Tetapi bukan berarti membuat keadaan
kelas menjadi kacau, ramai, dan tidak terkendali. Guru sebagai fasilitator
harus melakukan manajemen yang baik sejak awal. Minggu-minggu awal sekolah
merupakan waktu yang paling penting dimana seorang guru harus menyampaikan
aturan yang akan diterapkan dan juga mengajak murid untuk mematuhi bersama.
Selain itu juga perlu beberapa hal yang dianjurkan untuk dilakukan pada masa
awal sekolah (Emmer, Evertson, Worsham, 2003) :
- Menciptakan ekspektasi untuk perilaku
Ada baiknya pada masa awal ini, seorang guru
memaparkan aturan, prosedur dan persyaratan kelas sehingga murid mendapat
gambaran dan mengerti tentang apa-apa yang akan mereka hadapi di kelas dan
bagaimana mereka harus berkegiatan di kelas tersebut.
- Pastikan murid mengalami kesuksesan
Tugas harus didesain sesuai dengan kemampuan
murid untuk memastikan mereka dapat menyelesaikannya. Hal ini akan membantu
murid untuk berkembang dan memberi mereka rasa percaya diri bahwa mereka akan
dapat menyelesaikan tugas yang lebih sulit.
- Selalu siap dan hadir.
- Bersikap tegas
Walaupun sudah dipaparkan aturan oleh seorang guru, terkadang murid akan
lupa dan mungkin dengan sengaja menguji ketegasan aturan tersebut. Seorang guru
harus mampu memperjelas tentang apa hal-hal yang dapat dan tidak dapat
diterima.
Saya mempunyai sebuah pengalaman yang membuat saya berpikir bahwa
kejadian-kejadian pada minggu awal sekolah adalah penting. Yakni pada hari
pertama saya mengajar les. Dengan modal ingatan dan pengalaman selama sekolah
-karena sama sekali tidak memiliki pengalaman mengajar- saya memulai hari
pertama kerja tersebut. Saya diberitahu bahwa saya akan menggantikan seorang
guru yang hampir selesai masa cuti melahirkan. Dan di hari itu saya tidak
mengutarakan ekspektasi ataupun aturan-aturan yang saya inginkan para murid
untuk patuhi. Hal ini saya lakukan karena saya berpikiran bahwa ‘Ini bukan
murid saya. Mereka milik guru lain. Dan mereka mungkin tidak terlalu senang
jika saya menggantikan posisi guru asli mereka. Saya bukan penguasa mereka dan
tidak berhak untuk membuat aturan bagi mereka’, sebab seperti itu jugalah pemikiran
saya saat ada yang mengganti posisi guru saya dulu.
Setelah mengajar kelas tersebut selama kurang lebih tiga minggu, saya dipindahkan lagi karena guru sebelumnya telah kembali mengajar. Pengalaman yang saya dapatkan selama itu tidak terlalu buruk. Murid-murid lumayan bisa diajak berkompromi saat diminta untuk belajar dan mengerjakan tugas. Saya tidak tahu apakah hal itu terjadi karena mereka masih segan kepada saya atau karena mereka memang sudah ‘terbentuk baik’.
Di kelas yang baru, kelas permanen saya, saya mendapatkan murid SMA. Sebelum saya tahu hal tersebut, saya berkata kepada diri saya bahwa saya harus membuat murid-murid segan pada saya untuk meminimalkan terlalu banyak ‘tawar-menawar’ yang berkepanjangan di kemudian hari. Tetapi setelah mengetahui bahwa saya akan mengajar murid SMA, pikiran tersebut berubah drastis. Saya kembali mengambil pengalaman saya saat SMA, tentang guru saya, tentang keadaan kelas, dan tentang pemikiran saya saat itu.
Next post..I'll tell you
Stay tune guys.......!
No comments:
Post a Comment